Sabtu, 24 Juli 2010

Sejarah Singkat Provinsi NTB

Keberadaan status Provinsi, bagi NTB tidak datang dengan sendirinya. Perjuangan menuntut terbentuknya Provinsi NTB berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama. Meski begitu, tanggal 17 Desember 2008 yang lalu, NTB telah genap berusia 50 tahun atau usia emas. Pada usia emas NTB ini, NTB dipimpin pasangan K.H. M. Zainul Majdi, M.A, dan Ir. H. Badrul Munir, M.M. Dimana, sosok kedua pemimpin ini bertekad menjadikan NTB lebih baik, bersaing dengan daerah lain di Indonesia.
Provinsi NTB, sebelumnya sempat menjadi bagian dari Negara Indonesia Timur dalam konsepsi Negara Republik Indonesia Serikat dan menjadi bagian dari Provinsi Sunda Kecil setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia. Seiring dinamika zaman dan setelah mengalami beberapa kali proses perubahan sistem ketatanegaraan pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia, barulah terbentuk Provinsi NTB.
NTB, secara resmi mendapatkan status sebagai provinsi sebagaimana adanya sekarang, sejak tahun 1958, berawal dari ditetapkannya Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 tanggal 14 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Bali, NTB dan NTT. Pada waktu itu, yang dipercayakan menjadi Gubernur NTB yang pertama adalah AR. Moh. Ruslan Djakraningrat.
Walaupun secara yuridis formal Daerah Tingkat I NTB yang meliputi 6 daerah Tingkat II dibentuk pada tanggal 14 Agustus 1958, namun penyelenggaraan pemerintahan berjalan berdasarkan Undang-undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 Tahun 1950 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Keadaan yang tumpang tindih ini berlangsung hingga tanggal 17 Desember 1958, ketika Pemerintah Daerah Lombok dan Sumbawa dilikuidasi. Hari Likuidasi inilah yang menandai resmi terbentuknya Provinsi NTB.
Zaman terus berganti, konsolidasi kekuasaan dan pemerintahan pun terus terjadi. Pada tahun 1968 dalam situasi yang masih belum menggembirakan sebagai akibat berbagai krisis nasional yang membias ke daerah, Gubernur pertama AR. Moh. Ruslan Djakraningrat digantikan HR. Wasita Kusuma. Dengan mulai bergulirnya Program Pembangunan Lima Tahun Tahap Pertama (PelitaI) langkah perbaikan ekonomi, sosial, politik mulai terjadi.
Pada tahun 1978 H.R. Wasita Kusuma digantikan H. Gatot Soeherman sebagai Gubernur Provinsi NTB yang ketiga. Dalam masa kepemimpinannya, usaha-usaha pembangunan kian dimantapkan dan Provinsi NTB yang dikenal sebagai daerah minus, berubah menjadi daerah swasembada beras di tingkat nasional. Bahkan sejak saat itulah, NTB dikenal sebagai daerah Bumi Gogo Rancah (Gora).
Pada tahun 1988 Drs. H. Warsito, S.H, terpilih memimpin NTB menggantikan H. Gatot Soeherman. Drs. H. Warsito, S.H, mengendalikan tampuk pemerintahan di Provinsi NTB selama dua periode. Pada masa H. Warsito fokus pengembangan pariwisata di NTB dimulai, sehingga pariwisata NTB seperti sekarang ini. Selain itu, ide menjadikan NTB bisa setara dengan daerah lain di Indonesia juga dilakukan. Salah satunya dengan membangun infrastruktur yang bias mendukung perkembangan NTB di masa mendatang. Seperti pembebasan tanah ratusan hektar tanah di Lombok Tengah untuk lokasi pembangunan Bandara Internasional di NTB. Tanggal 31 Agustus 1998. H.Warsito digantikan Drs. H. Harun Al Rasyid M, Si hingga 31 Agustus 2003. Drs. H. Harun Al Rasyid M.Si berjuang membangun NTB dengan berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui Program Gema Prima.
Tahun 2003 hingga 1 September 2008 Drs. H. Lalu Serinata dan Drs. H.B. Thamrin Rayes memimpin NTB. Pada masa ini berbagai macam upaya dilakukan dalam membangun NTB dan mengejar ketertinggalan di berbagai bidang dan sektor. Di zaman ini, sejumlah program diluncurkan, seperti Gerbang E mas dengan program Gerbang Emas Bangun Desa. Selain itu, pada masa ini pembangunan Bandara Internasional Lombok di Lombok Tengah mulai terealisasi dan ditergetkan rampung pertengahan 2009. Tidak hanya itu, ada kepastian investasi dari Emaar Properties, investor asal Dubai Uni Emirat Arab untuk mengembangkan eks Lombok Tourism Development Corporotion (LTDC) di Lombok Tengah bagian selatan.
Provinsi NTB dalam usianya yang ke 50 telah dipimpin 7 putra terbaik bangsa. Kini masyarakat NTB menitipkan amanah memimpin pembangunan daerah di pundak KH. M. Zainul Majdi, M.A dan Wakil Gubernur NTB , Ir. H. Badrul Munir, M.M. Di usia ke 50 tahun, pemerintah dan segenap komponen masyarakat NTB terus bergegas dan meretas jalan harapan menuju terwujudnya NTB Beriman dan Berdaya Saing.

Senin, 19 Juli 2010

PBB

1. Pengertian Baris Berbaris
Suatu wujud fisik yang diperlukan untuk menanamkan kebiasaan tata cara hidup suatu
organisasi masyarakat yang diarahkan kepada terbentuknya perwatakan tertentu.


2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari PBB dibagi dua yaitu :

1. Maksud Umum adalah suatu latihan awal membela negara dan dapat membedakan hak dan
kewajiban
2. Maksud Khusus adalah menanamkan rasa disiplin, mempertebal rasa semangat
kebersamaan


Tujuan dari PBB adalah :

menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan tangkas, rasa persatuan, disiplin sehingga dengan demikian senantiasa dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu, dan secara tak langsung juga menanamkan rasa tanggung jawab. Menumbuhkan adalah mengarahkan pertumbuhan tubuh yang diperlukan untuk tugas pokok tersebut sampai dengan sempurna. Rasa persatuan adalah rasa senasib sepenanggungan serta adanya ikatan batin yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang hakikatnya tidak lain dari pada keihklasan, penyisihan/menyisihkan pilihan hati sendiri.

3. Aba - aba
1. Pengertian
Suatu perintah yang di berikan oleh seorang Komandan kepada pasukannya, untuk di
laksanakan secara serentak atau berturut-turut.

2. Macam aba-aba
1. Aba-aba petunjuk
Di gunakan bila perlu untuk menegaskan maksud dari aba-aba peringatan /
pelaksanaan.
2. Aba-aba peringatan
Inti perintah yang cukup jelas untuk dilaksanakan tanpa rugu-ragu.
3. Aba-aba pelaksanaan
1. Ketegasan mengenai saat untuk melaksanakan aba-aba petunjuk / peringatan
dengan serentak atau berturut-turut.
2. Aba-aba pelaksanaan yang di pakai :
1. GERAK
Untuk gerak-gerakan tanpa meninggalkan tempat menggunakan kaki atau
anggota tubuh lain baik dalam berhenti maupun berjalan.
2. JALAN
Untuk gerakan-gerakan kaki yang dilakukan dengan meninggalkan tempat.
Catatan : Bila gerakan meninggalkan tempat itu tidak terbatas jaraknya,
maka di dahului dengan aba-aba peringatan ” maju ”.
3. MULAI
Untuk pelaksanaan perintah yang harus di kerjakan berturut-turut.
4. Gerakan Perorangan Tanpa Senjata / Gerakan Dasar
1. Sikap Sempurna
1. Aba –aba : ” Siap – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
1. Badan / tubuh berdiri tegap, kedua tumit rapat, kedua kaki
merupakan sudut 60 derajat.
2. Lutut lurus, paha rapat, berat badan di kedua kaki.
3. Perut di tari sedikit, dada di busungkan, pundak di tarik ke
belakang dan tidak di naikan.
4. Lengan rapat pada badan, pergelangan tangan lurus, jari
tangan menggenggam tidak terpaksa, rapat di paha.
5. Ibu jari segaris dengan jahitan celana.
6. Leher lurus, dagu di tarik, mulut di tutup, gigi rapat, mata
lurus ke depan, bernafas wajar.

2. Istirahat
1. Aba-aba : ” Istirahat Ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
1. Kaki kiri di pindahkan kesamping kiri, sepanjang telapak
kaki ( ± 30 cm ).
2. Kedua belah lengan dibawa ke belakang di bawah pinggang,
punggung tangan kanan di atas telapak tangan kiri, tangan
kanan di kepalkan dengan di lepaskan, tangan kiri memegang
pergelangan tangan kanan di antara ibu jari dan telunjuk
serta kedua lengangan di lemaskan.
3. Dapat bergerak.

3. Lencang Kanan / Kiri
1. Hanya dalam bentuk bersaf.
2. aba-aba : ” Lencang kana / kiri – GERAK ”
3. Pelaksanaan :
1. Mengangkat tangan kanan / kiri ke samping, jari-jari tangan
kanan / kiri menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
2. Bersamaan dengan ini kepala di palingkan ke kanan / kiri,
kecuali penjuru kana / kiri.
3. Masing-masing meluruskan diri, hingga dapat melihat dada
orang di sebelah kanan / kiri-nya.
4. Jari-jari menyentuh bahu orang yang di sebelah kanan/kirinya.
Catatan :
1. Bila bersaf tiga, saf tengah belakang, kecuali penjuru,
setelah meluruskan ke depan, ikut pula memalingkan muka
ke samping dengan tidak mengangkat tangan.
2. Penjuru saf tengah dan belakang, mengambil antara kedepan
setelah lurus menurunkan tangan.
3. Pada aba-aba : ” Tegak GERAK ”, semua dengan serentak
menurunkan lengan dan memalingkan muka kembali ke depan.

4. Setengah Lencang Kanan / Kiri
1. Aba-aba : ” Setengah Lengan Lencang Kanan – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
1. Seperti pelaksanaan lencang kanan, tetapi tangan kanan /
kiri di pinggang ( bertolak pinggang ) dengan siku menyentuh
lengan orang yang berdiri di sebelahnya.
2. Pergelangan tangan lurus, ibu jari di sebelah belakang dan
empat jari lainnya rapat satu sama lain di sebelah depan.
3. Pada aba-aba ” Tegak Gerak ” = Seperti pada aba-aba lencang
kanan.

5. Lencang Depan
1. Hanya dalam bentuk banjar.
2. Aba-aba : ” Lencang Depan - GERAK ”
3. Pelaksanaan :
1. Penjuru tetap sikap sempurna.
2. Nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan
mengangkat tangan ke depan.
3. Lengan kanan lurus, tangan menggenggam, punggung tangan
menghadap ke atas, mengambil jarak atau satu lengan dan di
tambah dua kepal.
4. Pada aba-aba ”Tegak Gerak ”, semua dengan serentak
menurunkan tangan kembali ke sikap sempurna.

6. Berhitung
1. Aba-aba : ”Hitung - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
1. Jika bersaf,penjuru tetap melihat ke depan, saf depan
memalingkan muka ke kanan.
2. Pada aba-aba pelaksanaan, berturut-turut mulai dari penjuru
menyebut nomor, sambil memalingkan muka ke depan.
3. Jika berbanjar, semua dalam keadaan sikap sempurna.
4. Pada aba-aba pelaksanaan, mulai penjuru kanan depan
berturut-turut ke belakang.
5. Penyebutan nomor di ucapkan penuh.

7. Perubahan Arah
1. Hadap kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap kanan / kiri - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1. Kaki kanan / kiri melintang di depan kaki kanan / kiri,
lekuk kaki kanan / kiri berada di ujung kaki kanan /
kiri, berat badan berpindah ke kaki kanan / kiri.
2. Tumit kaki kanan / kiri dengan badan di putar ke kanan
90 derajat.
3. Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali seperti sikap
sempurna.
2. Hadap serong kanan / kiri
a. Aba-aba : ” Hadap serong kanan / kiri - GERAK ”.
b. Pelaksanaan :
1. Kaki kanan / kiri di ajukan ke depan, sejajar dengan kaki
kanan / kiri.
2. Berputar arah 45 derajat ke kanan / kiri.
3. Kaki kanan / kiri di rapatkan kembali ke kaki kanan/kiri.
3. Balik kanan
a. Aba-aba : ” Balik kanan - GERAK ”
b. Pelaksanaan :
1. Kaki kiri di ajukan melintang ( lebih dalam dari hadap
kanan ) di depan kaki kanan.
2. Tumit kaki kanan beserta badan di putar ke kanan 180o.
3. Kaki kiri di rapatkan pada kaki kanan.

8. Membuka / Menutup Barisan
1. Buka barisan
a. Aba –aba : ” Buka Barisan - JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Regu kanan dan kiri, masing-masing kembali membuat satu
langkah ke samping kanan / kiri, sedangkan regu tengah tetap.

9. Bubar
1. Aba-aba : ” Bubar jalan ”
2. Pelaksanaan :
1. Memalingkan muka ke arah komandan dan memberi hormat
( sesuai PPM )
2. Setelah di balas, kembali bersikap sempurna, balik
kanan,menghitung dua hitungan dalam hati, mengayuhkan kaki
kiri ke depan dengan hentakan bersamaan dengan itu lengan
kanan di ayun setinggi pundak kemudian bubar.

10. Berhimpun
1. Aba-aba : ” Berkumpul - MULAI ”
2. Pelaksanaan :
1. Semua anggota datang di depan Komandan dengan berdiri
bebas,dengan jarak tiga langkah
2. Bentuk mengikat, jumlah saf tidak mengikat.

11. Berkumpul
1. Berkumpul bersaf
1. Aba-aba : ” Bersaf kumpul - MULAI ”
2. Pelaksanan :
1. Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru,untuk
berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2. Anggota lainnya berdiri di samping kiri penjuru dan
berturut-turut meluruskan diri ( lencang kanan )
3. Penjuru melihat ke kiri, setelah lurus, memberi isyarat
dengan perkataan ” Lurus ”
4. Pada isyarat ini semua anggota menurunkan tangan dan
kembali bersikap sempurna
5. Bila bersenjata, sebelum meluruskan, letakan senjata di
pundak kiri terlebih dahulu.
2. Berkumpul Berbanjar
a. Aba- aba : ” Berbanjar kumpul MULAI ”
b. Pelaksanaan :
1. Pelatih menunjuk seorang anggota sebagai penjuru, untuk
berdiri kurang lebih 4 langkah di depannya.
2. Anggota lainya berdiri di belakang penjuru dan
berturut-turut meluruskan diri.
3. Anggota yang paling belakang, melihat ke depan setelah
lurus memberi isyarat dengan perkataan ” Lurus ”
4. Pada isyarat ini semua anggota menurunkan lengannya dan
kembali ke sikap sempurna.
5. Bila bersenjata sebelum meluruskan, letakan senjata di
pundak kiri terlebih dahulu.

12. Meninggalkan Barisan
1. Bila pelatih memberikan perintah kepada anggota dalam barisan
1. Terlebih dahulu anggota tersebut di panggil keluar dari
barisan
2. Perintah di berikan bila anggota telah berdiri dalam sikap
sempurna.
3. Yang menerima perintah harus mengulangi perintah tersebut.
2. Bila anggota yang akan minta izin
1. Mengambil sikap sempurna dahulu
2. Mengangkat tangan kirinya ke atas ( tangan di buka jari-jari
dirapatkan )
3. Menyampaikan maksudnya.
4. Setelah mendapat izin, ia keluar dari barisan tanpa menunggu
anggota lainnya.
5. Gerakan Berjalan Tanpa Senjata


a. Panjang, Tempo Dan Macam Langkah
1. Langkah dapat di bedakan sbb :
Macam Langkah Panjang Tempo
1. a. Langkah biasa 70 cm 96 menit
2. b. Langkah tegap 70 cm 96 menit
3. c. Langkah perlahan 40 cm 30 menit
4. d. Langkah ke samping 40 cm 70 menit
5. e. Langkah ke belakang 40 cm 70 menit
6. f. Langkah ke depan 60 cm 70 menit
7. g. Langkah di waktu lari 80 cm 165 menit
2. Panjang langkah di ukur dari tumit ke tumit
a. Maju Jalan
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Maju Jalan ”
b. Pelakasanaan :
1. Kaki kiri di ayun ke depan, lutut lurus telapak kaki diangkat
sejajar dengan tanah setinggi 15 cm kemudian di hentakan ke
tanah dengan jarak setengah langkah, selanjutnya berjalan dengan
langkah biasa.
2. Langkah pertama di lakukan dengan melenggangkan lengan kanan ke
depan 90 derajat lengan kiri 30 derajat
3. Langkah-langkah selanjutnya lengan atas dan bawah di lenggangkan
ke depan 45 derajat dan ke belakang 30 derajat
4. Dilarang keras berbicara, melihat ke kanan / kiri.
c. Langkah Biasa
1. Pada waktu berjalan kepala dan badan seperti sikap sempurna.
2. Waktu mengayunkan kaki ke depan, lutut di bengkokan sedikit
( kaki tidak di seret ).
3. Di letakan sesuai dengan jarak yang di tentukan.
4. Langkah kaki seperti jalan biasa.
5. Pertama tumit di letakan di tanah selanjutnya seluruh kaki.
6. Lengan berlenggang wajar, lurus ke depan dan belakang.
7. Jari-jari tangan menggenggam dengan tidak terpaksa, punggung ibu
jari menghadap ke atas.
d. Langkah Tegap
1. Dari sikap sempurna
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap Maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Mulai berjalan dengan kaki kiri setengah langkah,
selanjutnya seperti jalan biasa dengan cara kaki di
hentakan terus menerus.
2. Telapak kaki rapat / sejajar dengan tanah, lutut lurus,
kaki tidak boleh dianggat tinggi.
3. Bersamaan dengan langkah pertama, genggaman tangan di
buka, hingga jari-jari lurus dan rapat.
4. Lenggang tangan ke depan 90 derajat,ke belakang 30derajat.
2. Dari Langkah Biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Tegap JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. + Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di tambah
satu langkah
2. + Perubahan tangan dari menggenggam ke terbuka di lakukan
bersamaan dengan hentakan kaki.
3. Kembali ke langkah biasa
a. Aba-aba : ” Langkah Biasa JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. + Di berikan pada waktu kaki kiri / kanan jatuh di tanah
di tambah satu langkah.
2. + Langkah pertama di hentakan,bersamaan dengan itu tangan
kembali menggenggam.
3. Catatan : Dalam keadaan berjalan, cukup menggunakan
aba-aba peringatan : Langkah tegap / biasa jalan pada
perubahan langkah.
e. Langkah Perlahan
1. Untuk berkabung ( mengantar jenazah ) dalam upacara kemiliteran.
a. Aba-aba : ” Langkah perlahan maju JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Kaki kiri di langkahkan ke depan, setelah kaki kiri
menapak tanah di susul dengan kaki kanan di tarik ke depan
dan di tahan sebentar di sebelah mata kaki kiri, kemudian
di lanjutkan di tapakan di depan kaki kiri.
2. Tapak kaki pada saat melangkah ( menginjak tanah ) tidak
di hentikan.
2. Berhenti dari langkah perlahan
a. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
b. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di
tambah satu langkah.
Selanjutnya kaki kanan / kiri di rapatkan pada kaki kanan /
kiri menurut irama langkah biasa dan kembali sikap sempurna.

f. Langkah Kesamping / Kebelakang / Depan
1. Aba-aba..........Langkah ke samping/Kebelakang/Kedepan – JALAN
2. Pelaksanaan :
a. Kaki kanan / kiri di langkahkan ke samping / kekanan /
kedepan sepanjang / sesuai ketentuan.
b. Selanjutnya kaki kiri/kanan di rapatkan pada kaki kanan/kiri.
c. Badan tetap pada sikap sempurna, tangan tidak melenggang.
d. Hanya boleh dilakukan sebanyak – banyaknya 4 langkah.
e. Khusus untuk langkah ke depan, gerakan dilakukan dengan
langkah tegap.
g. Langkah di Waktu Lari
1. Dari sikap sempurna :
a. Aba-aba : ” Langkah Maju-JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Pada aba-aba peringatan, kedua tangan di kepalkan dengan
lemas di letakan di pinggang sebelah depan dengan punggung
tangan menghadap ke luar, kedua siku sedikit ke belakang.
2. Pada aba-aba pelaksanaan, di mulai lari dengan
menghentakan kaki setengah langkah dan selanjutnya lari
menurut panjang langkah.
2. Dari Langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Lari – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
1. Pada aba-aba peringatan, sama dengan di atas.
2. Pada aba-aba pelaksanaan, di berikan pada kaki kanan /
kiri jatuh di tanah di tambah satu langkah.
3. Kembali ke langkah Biasa :
a. Aba-aba : ” Langkah biasa – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah di
tambah tiga lankah kemudian berjalan biasa, di mulai
dengan kaki kiri di hentakan, bersamaan dengan itu
kedua lengan di lenggangakan.
4. Berhenti dari berlari
1. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah
di tambah tiga Langkah, selanjutnya kaki di rapatkan,
kedua di turunkan, kembali bersikap sempurna.
h. Ganti Langkah
1. Aba-aba : ” Ganti Langkah JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1. Gerakan dapat di lakukan pada waktu langkah biasa / tegap.
2. Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di
tambah satu langkah.
3. Ujung kaki kanan / kiri yang sedang di belakang di rapatkan
dengan tumit kaki sebelahnya.
4. Bersamaan dengan itu lenggang tangan di hentikan tanpa di
rapatkan di paha.
5. Selanjutnya di sesuaikan dengan langkah baru.
6. Gerakan ini di lakukan dalam satu hitungan.
i. Jalan di Tempat
1. Dari sikap sempurna :
1. Aba-aba : ” Jalan ditempat – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
* Di mulai dengan kaki kiri, lutut berganti – ganti diangkat
hingga paha rata-rata.
* Ujung kaki menuju ke bawah, tempo langkah sesuai langkah
biasa.
* Badan tegak, pandangan lurus ke depan dan lengan di
rapatkan pada badan ( tidak melenggang )
2. Dari Langkah Biasa :
1. Aba-aba : ” Jalan di tempat – Gerak ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di
tambah satu langkah kemudian jalan di tempat.
3. Dari Jalan di Tempat ke Langkah Biasa :
1. Aba-aba ; ” Maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kiri jatuh di tanah, di tambah
satu langkah dan mulai berjalan dengan menghentakan kaki kiri
setengah langkah ke depan.
4. Dari Jalan di Tempat ke Berhenti :
1. Aba-aba : ” Henti – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Di berikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh di tanah di
tambah satu langkah, selanjutnya kaki kanan/kiri di rapatkan.

J. Berhenti
1. Aba-aba : ” Henti GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan / kiri jatuh ditanah di tambah
satu langkah, selanjutnya kaki kanan / kiri dirapatkan.

k. Hormat Kanan / Kiri
1. Gerakan Hormat kanan / kiri
1. Aba-aba hormat kanan kiri – GERAK ”
2. Pelaksanaan :
1. Gerakan dilakukan pada waktu langkah tegap.
2. Di berikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah di
tambah satu langkah
3. Langkah berikutnya di hentakan.
4. Bersamaan dengan itu tangan kanan diangkat ke arah
pelipis ( PPM ) kepala di palingkan dan pandangan mata
di arahkan kepada yang di beri hormat sampai 450 hingga
ada aba-aba ”Tegak gerak ”
5. Penjuru kanan/kiri tetap melihat kedepan untuk
memelihara arah.
6. Lengan kiri tidak melenggang, rapat pada badan, pada
waktu menyampaikan penghormatan.
2. Gerakan Selesai Menghormat :
1. Aba-aba : ” Tegak - GERAK ”
2. Pelaksanaan :
Diberikan pada waktu kaki kanan jatuh di tanah, ditambah
satu langkah, langkah berikutnya di hentakan.
Bersamaan dengan itu lengan kanan maupun kiri kembali
melenggang, pandangan kembali kedepan.

l. Perubahan Arah Dari Berhenti ke Berjalan
1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan :
1. Aba-aba : ” Hadap Kanan / Kiri ” Maju - JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan hadap kanan / kiri.
2. Pada hitungan ke tiga kaki kanan / kiri tidak dirapatkan
tetapi dilangkahkan seperti gerakan maju jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan
1. Aba-aba : ” Hadap Serong kanan / kiri – JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan hadap serong kanan / kiri
2. Gerakan selanjutnya sama sepetri diatas
3. Balik Kanan Maju Jalan
1. Aba-aba : ” Balik Kanan maju – JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1. Membuat gerakan balik Kanan
2. Gerakan selanjutnya sama seperti di atas.
4. Ke Belok Kanan / Kiri Maju Jalan :
1. Aba-aba : ” Belok kanan / kiri maju - JALAN ”
2. Pelaksanaan :
1. Penjuru merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai berjalan
ke arah tertentu.
2. Anggota lainnya mengikuti.

j. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berjalan
1. Ke Hadap Kanan / Kiri Maju Jalan.
2. Ke Hadap Serong Kanan / Kiri Maju Jalan.
3. Ke Balik kanan maju jalan.
1. Aba-aba disesuaikan
2. Pelaksanaan :
a. Aba-aba pelaksanaan jatuh pada waktu kaki kanan / kiri
jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Melakukan gerakan-gerakan hadap kanan / kiri hadap serong
kanan / kiri, balik kanan / kiri.
c. Gerakan selanjutnya, pada hitungan ke tiga kaki kanan /
kiri tidak dirapatkan, tetapi dilangkahkan.
4. Ke Belok Kanan / Kiri
a. Aba-aba : ” Belok kanan / Kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
a. + Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, ditambah
satu langkah.
b. + Penjuru depan merubah arah 900 ke kanan / kiri dan mulai
jalan ke arah yang baru.
c. + Anggota lainnya mengikuti.
Catatan :
1. a. Aba-aba : ” Dua kali belok kanan / kiri – JALAN ”
b. Pelaksanaan :
a. # Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di
tambah satu langkah.
b. # Setelah dua langkah berjalan, kemudian
melakukan gerakan belok kanan / kiri – jalan.
2. a. Aba-aba : ” Tiap-tiap banjar dua kali belok kanan /
kiri - JALAN”
b. Pelaksanaan :
a. # Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di
tambah satu langkah.
b. # Setelah dua langkah berjalan, tiap-tiap banjar
melakukan belok kanan / kiri, pada tempat dimana
aba- aba di berikan.
c. # Perubahan arah 1800.


k. Perubahan Arah Dari Berjalan ke Berhenti

1. Ke hadap kanan / kiri berhenti

2. Ke hadap serong kanan / kiri berhenti

3. Ke balik kanan berhenti

a. Aba-aba + Hadap kanan / kiri – henti GERAK

a. + Hadap serong kanan / kiri henti GERAK
b. + Balik kanan henti – GERAK

b. Pelaksanaan :

a. + Aba-aba pelaksanaan jatuh pada kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu tanah.
b. + Melakukan hadap kanan / kiri, hadap serong kanan / kiri, balik kanan.
c. + Pada hitungan ketiga, kaki kanan / kiri di rapatkan,kembali ke sikap sempurna.


l. Haluan Kanan / Kiri

Gerakan ini hanya dalam bentuk bersaf, guna merubah arah tanpa merubah bentuk.

1. Berhenti ke Berhenti

a. Aba-aba : ” Halauan Kanan / kiri – JALAN ”

b. Pelaksanaan :

a. Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan / kiri jalan di tempat,dengan merubah arah secara perlahan-lahan sampai 900.
b. Bersamaan dengan ini saf mulai maju, sambil meluruskan safnya, hingga merubah arah 900, kemudian berjalan di tempat.
c. Setelah penjuru kanan / kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ” LURUS ”.
d. Kemudian Komandan memberi aba-aba Henti – Gerak .


2. Berhenti ke Berjalan

a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju – Jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Gerakan seperti tersebut di atas
b. Setelah aba-aba ” Maju – Jalan ” ,pasukan mulai berjalan.( aba-aba di berikan Komandan ).


3. Berjalan ke Berhenti

a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri – jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
c. Pelatih memberi aba-aba ” Henti – Jalan ”


4. Berjalan ke Berjalan

a. Aba-aba : ” Haluan kanan / kiri maju - Jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Pada saat kaki kanan / kiri jatuh di tanah, di tambah satu langkah.
b. Setelah penjuru kanan/kiri melihat safnya telah lurus, ia memberi isyarat ”LURUS”.
c. Pelatih memberi aba-aba ” Maju – Jalan ”
d. Seluruhnya melaksanakan berjalan.



m. Melintang Kanan / Kiri

Gerakan ini di lakukan dalam bentuk berbanjar, guna merubah bentuk pasukan menjadi bersaf dengan arah tetap.

1. Berhenti ke Berhenti

a. Aba-aba ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”

b. Pelaksanaan :

Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri, kemudian barisan mebuat gerakan Haluan kiri / kanan.








2. Berhenti ke Berjalan

a. Aba-aba : Melintang kanan / kiri maju – Jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan, melakukan gerakan hadap kanan / kiri kemudian barisan membuat gerakan haluan kanan / kiri.
b. Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.


3. Berjalan ke Berjalan

a. Aba-aba : ” Melintang Kanan / kiri Maju-Jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
b. Setelah beri aba-aba Maju – Jalan,barisan malakukan gerakan maju jalan.

4. Berhenti ke Berhenti

a. aba-aba : ” Melintang kanan / kiri – Jalan ”

b. Pelaksanaan :

a. Setelah aba-aba pelaksanaan dan ditambah satu langkah barisan melakukan haluan kiri / kanan.
b. Setelah aba-aba Henti – Gerak, seluruhnya kembali ke sikap sempurna

Minggu, 11 Juli 2010

LAMBANG TERATAI







Keterangan :
Rantai wajik berjumlah = 16 untuk putri
Rantai bulat berjumlah = 16 untuk putra
Makna Lambang Paskibra :
1. Tumbuh dari masyarakat kecil.
2. Hidup dalam berkellompok
3. Dapat mengapung di air dan tidak mudah tenggelam.
4. Tidak mudah diadu domba
5. Ada 6 kelopak melambangkan Paskibra
a. Belajar
b. Bekerja
c. Berbakti
d. Displin
e. Aktif
f. Bergembira

LIMA PASAL PEMBANTAIAN

PASAL I
SENIOR TIDAK PERNAH SALAH

PASAL II
BILA SENIOR SALAH LIHAT PASAL SATU

PASAL III

YUNIOR PUTRA MILIK SENIOR PUTRI
YUNIOR PUTRI MILIK SENIOR PUTRA

PASAL IV
BARANG MILIK YUNIOR ADALAH MILIK SENIOR
BARANG MILIK SENIOR BELUM TENTU MILIK YUNIOR

PASAL V
YANG TIDAK TAHU JANGAN SOK TAHU
YANG TIDAK TAHU BERUSAHA MENCARI TAHU
YANG TAHU MEMBERI TAHU KEPADA YANG TIDAK TAHU

SEMBOYAN DAN TRI PRINSIP PASKIBRA

SEMBOYAN PASKIBRA
TUGASKU TEGAKKAN DISIPLIN
DIPLIN ADALAH NAFASKU
DISIPLIN ITU KEBIASAAN ATAU PAKSA

TRI PRINSIP PASKIBRA

KAMI TIDAK MENGENAL ISITLAH TIDAK BISA
KAMI TIDAK MENGENAL ISTILAH TIDAK BERANI
KAMI TIDAK MENGENAL ISTILAH MALU

PASKIBRA

TIDAK TAKUT SALAH
TIDAK TAKUT KALAH
TIDAK TAKUT JATUH
TIDAK TAKUT MATI
TAKUT MATI JANGAN HIDUP
TAKUT HIDUP MATI SEKALIAN